Memahami Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah alat krusial untuk memahami bagaimana perubahan harga memengaruhi penjualan produk atau layanan. Artikel ini akan membahas konsep elastisitas permintaan, rumus perhitungannya, jenis-jenisnya, serta aplikasi praktis dalam pricing
Dengan elastisitas, Anda bisa memprediksi apakah diskon harga akan meningkatkan pendapatan atau justru merugikan. Mari kita bedah konsep ini secara sederhana dan relevan!
Definisi Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan mengukur seberapa sensitif kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga, pendapatan, atau harga barang terkait. Fokus utama adalah elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand), yang dihitung dengan rumus:
Ed = (% Perubahan Kuantitas Diminta) / (% Perubahan Harga)
Atau secara matematis: Ed = (ΔQd / Qd) / (ΔP / P)
- Ed > 1: Elastis (permintaan sangat sensitif terhadap harga; penurunan harga meningkatkan total pendapatan).
- Ed < 1: Inelastis (permintaan kurang sensitif; kenaikan harga meningkatkan total pendapatan).
- Ed = 1: Unit elastis (total pendapatan tetap).
- Ed = 0: Sempurna inelastis (kuantitas tidak berubah meski harga berubah).
- Ed = ∞: Sempurna elastis (kuantitas berubah drastis meski harga sedikit berubah).
Dalam bisnis digital, elastisitas membantu menentukan strategi pricing, seperti apakah menaikkan biaya langganan akan mengurangi pengguna secara signifikan.
Jenis Elastisitas Permintaan
Berikut tabel ringkasan jenis elastisitas berdasarkan nilai Ed:
| Jenis Elastisitas | Nilai Ed | Karakteristik | Dampak pada Total Pendapatan |
|---|---|---|---|
| Elastis | > 1 | Kurva permintaan landai | Penurunan harga → Pendapatan naik |
| Inelastis | < 1 | Kurva permintaan curam | Kenaikan harga → Pendapatan naik |
| Unit Elastis | = 1 | Kurva permintaan melengkung | Pendapatan tetap meski harga berubah |
| Sempurna Elastis | ∞ | Garis horizontal | Kuantitas berubah tak terhingga |
| Sempurna Inelastis | 0 | Garis vertikal | Kuantitas tetap |
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Elastisitas Permintaan
Elastisitas dipengaruhi oleh:
- Ketersediaan Pengganti: Banyak alternatif (misalnya, Spotify vs. YouTube Music) membuat permintaan lebih elastis.
- Proporsi Pendapatan: Barang mewah seperti langganan premium lebih elastis daripada kebutuhan dasar.
- Waktu: Dalam jangka pendek, permintaan inelastis; jangka panjang, lebih elastis karena konsumen bisa mencari alternatif.
- Definisi Pasar: Permintaan untuk "aplikasi ride-hailing" (seperti Gojek) lebih inelastis daripada "aplikasi Gojek saja".
Contoh Perhitungan Sederhana
Misalkan harga langganan aplikasi streaming naik dari Rp50.000 ke Rp60.000 (kenaikan 20%), dan jumlah pelanggan turun dari 1.000 menjadi 800 (penurunan 20%). Maka: Ed = (-20%) / (20%) = -1 (unit elastis; tanda negatif menunjukkan hubungan terbalik).
Contoh Aplikasi di Pricing Aplikasi Digital
Dalam pricing aplikasi digital, elastisitas permintaan menentukan strategi monetisasi. Berikut contoh nyata:
1. Elastisitas Elastis: Langganan Spotify
- Skenario: Spotify menaikkan harga premium dari Rp54.900 ke Rp69.900 (kenaikan ~27%). Jika Ed = -1.5 (elastis), permintaan bisa turun 40%, kehilangan ~600.000 pelanggan di Indonesia (berdasarkan data BPS 2022).
- Strategi: Spotify sering tawarkan diskon bundling (dengan Telkomsel) untuk mengurangi sensitivitas harga, menggeser elastisitas ke inelastis.
- Dampak: Penurunan harga 10% bisa tingkatkan pendapatan 15% jika Ed = -1.5.
2. Elastisitas Inelastis: Biaya Layanan Gojek
- Skenario: Gojek naikkan biaya perjalanan dari Rp10.000 ke Rp12.000 (kenaikan 20%). Jika Ed = -0.5 (inelastis, karena sedikit pengganti di kota besar), permintaan hanya turun 10%, sehingga pendapatan naik.
- Strategi: Gojek gunakan dynamic pricing (harga naik saat jam sibuk), memanfaatkan inelastisitas untuk maksimalkan revenue tanpa kehilangan banyak pengguna.
- Dampak: Cocok untuk layanan esensial seperti transportasi digital.
---
Referensi:
- Mankiw, N.G. (2020). Principles of Economics. Cengage Learning, Bab 5.
- Lipsey, R.G. & Chrystal, K.A. (2015). Economics. Oxford University Press, Bab 4.
- Badan Pusat Statistik (2023). Laporan Ekonomi Digital Indonesia.

Komentar
Posting Komentar