Jenis Pengambilan Keputusan Konsumen: Rutin, Terbatas, dan Ekstensif
Pemahaman tentang jenis pengambilan keputusan konsumen menjadi semakin relevan di tengah perkembangan teknologi dan perubahan perilaku belanja pasca-pandemi. Artikel ini menyajikan pembahasan tentang tiga sub-topik utama: pengambilan keputusan rutin, terbatas, dan ekstensif.
Jenis pengambilan keputusan mencerminkan tingkat keterlibatan dan kompleksitas yang dilalui konsumen saat membeli produk atau layanan. Menurut Umar (2019), keputusan ini bervariasi berdasarkan nilai produk, risiko yang dirasakan, dan kebiasaan.
1. Pengambilan Keputusan Rutin: Kebiasaan Harian
Pengambilan keputusan rutin terjadi pada pembelian produk sehari-hari dengan keterlibatan rendah, seperti sabun, kopi instan (misalnya, Kapal Api), atau air minum (Aqua). Konsumen mengandalkan kebiasaan dan loyalitas merek, dengan proses keputusan yang minim. Banyak orang mungkin membeli Indomie untuk sarapan tanpa mempertimbangkan alternatif, didorong oleh ketersediaan di warung lokal dan iklan yang familier.
Proses ini cepat karena produk ini memiliki siklus pembelian pendek dan risiko rendah. Schiffman dan Wisenblit (2019) menjelaskan bahwa pemasar mempertahankan kebiasaan ini melalui promosi sederhana, seperti diskon 10% di minimarket atau jingle yang melekat di benak. Di Indonesia, kebiasaan membeli produk lokal seperti Indomie juga dipengaruhi budaya konsumsi cepat saji. Bagi pebisnis, strategi efektif adalah memastikan ketersediaan produk dan memperkuat identitas merek melalui media tradisional seperti TV.
2. Pengambilan Keputusan Terbatas: Pilihan dengan Pertimbangan Sedang
Pengambilan keputusan terbatas melibatkan keterlibatan sedang, seperti pembelian pakaian kasual, sepatu olahraga (misalnya, Adidas vs. Nike), atau gadget entry-level (Oppo A-series). Konsumen melakukan evaluasi ringan, sering kali dengan pencarian informasi terbatas, seperti bertanya kepada teman atau melihat ulasan di Shopee. Seseorang mungkin memilih sepatu berdasarkan tren musiman atau promo Black Friday yang akan datang.
Tahap ini mencerminkan keseimbangan antara kebiasaan dan analisis. Kotler dan Keller (2016) menyoroti bahwa faktor situasional, seperti cuaca atau acara khusus, memengaruhi keputusan. Misalnya, pembelian jaket musim hujan di Indonesia sering dipicu oleh perubahan cuaca Oktober. Pemasar dapat memanfaatkan iklan bertarget di Instagram atau notifikasi push di aplikasi belanja untuk memengaruhi pilihan.
3. Pengambilan Keputusan Ekstensif: Analisis Mendalam
Pengambilan keputusan ekstensif terjadi pada produk high-involvement dengan risiko tinggi, seperti mobil (Toyota vs. Honda), rumah, atau laptop premium (Dell XPS vs. MacBook). Konsumen melakukan pencarian informasi luas, evaluasi mendalam, dan sering meminta saran. Seseorang mungkin membandingkan spesifikasi laptop melalui forum X, ulasan YouTube, dan kunjungan ke toko elektronik, mempertimbangkan garansi dan performa untuk kebutuhan kerja hybrid.
Proses ini panjang dan kompleks, dipengaruhi oleh faktor psikologis (persepsi kualitas) dan sosial (saran keluarga). Solomon (2018) mencatat bahwa cognitive dissonance pasca-pembelian sering muncul, yang diatasi dengan layanan pelanggan atau garansi panjang. Contoh lokal: Pembelian motor baru seperti sering melibatkan diskusi keluarga dan perbandingan harga di berbagai dealer. Pemasar harus menyediakan konten informatif, seperti webinar atau demo produk, untuk mendukung tahap ini.
Silahkan klik di sini untuk melihat slidenya.
---
Referensi:
Umar, H. (2019). Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama;
Schiffman, L.G., & Wisenblit, J. (2019). Consumer Behavior (12th ed.). Pearson;
Solomon, M.R. (2018). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being (12th ed.). Pearson
Kotler, P., & Keller, K.L. (2016). Marketing Management (15th ed.). Pearson.
Komentar
Posting Komentar